Laman

Minggu, 06 Maret 2011

Lagu Indah Sore Ini

aku mendengar bisikan daun pada rantingnya. saat sore mulai pasrah diselimuti mendung. ada dendang lamat-lamat berujung nada sendu,
"aku adalah hujan"
langit menjadi latar yang tak ingin menguasai. ia biarkan awan melintas, angin meramaikan sisa asap pemukiman, hujan deraikan benang-benang perak begitu banyak. semua begitu indah. lalu rumput yang sedari tadi membisu riang disetubuhi hujan. ada lirik yang terbetik di kaki langit,
"aku adalah air mata"
sekawanan burung berhenti terbang merunduk di sela dahan yang tak basah sekedar ingin menyimak tik-tak air. bunyi yang lebih mirip decak kagum simfoni sore ini. dahan adalah tempat menyimak, bukan tempat berteduh dari hujan. karena semilir angin yang menerpa hujan tak pernah melukai tanah.
"aku adalah air tanah"
lelah terbasuh lembab. lembab mengelilingi lembah yang basah dengan pengaduan. ada yang mengadu pada dedaunan dalam kemesraan mengemban kelopak bunga. ada yang mengaduh entah pada siapa. ada yang mengeluh entah tentang apa. dan sembuhkan luka sebaris kata,
"aku adalah air sungai"
semakin matang senja ini. semakin riang penghuni bumi meriuhkan pesta. pesta bawah tanah. perayaan yang tak terjamah manusia. tangis yang tertinggal ujung daun, keluh yang tersangkut di sela dahan menari dengan penderitaannya sendiri. duka yang menyenangkan. nyeri yang memabukkan. semua hanya bayangan di punggung langit. di sana ada isyarat terbaca,
"aku adalah danau"
parau derit bambu meneriakkan yel-yel takjub pada sore yang matang. lalu di mana sore? dan di mana matang? seperti menutup pertunjukkan dengan tepuk tangan, sabda ini menutup tepuk tangan dengan sahajanya,
"aku adalah lautan yang menjelma menjadi semua"

Tidak ada komentar:

Posting Komentar